Review Novel : Belajar Memahami Peran Suami Istri dalam Novel ‘Simply Love’ Karya Ifa Avianty
Review Novel : Belajar Memahami Peran Suami
Istri dalam Novel ‘Simply Love’ Karya Ifa Avianty
Judul : Simply Love
Penulis : Ifa Avianty
Penerbit : Noura Books
Published : December, 2012
Jumlah Halaman : 206
Jika bahagia berarti terkekang
Haruskah aku bertahan, dalam kepura-puraan?
Jika mengejar karier berarti menentangmu
Haruskah aku pasrah dan melupakan impian?
Sungguh …
Aku rindu senyum tulusmu, tatapan lembutmu
Saat cinta terasa begitu indah dan sederhana
Aku rindu langkah pertama kita saat memasuki gerbang pernikahan
Saat kau sematkan cincin itu di jariku
When everything was simply … love
REVIEW
Untuk readers pecinta
novel modern bergenre romance, namun tetap menginginkan alur
yang tidak pasaran, maka cerita berjudul Simply Love ini
menjadi rekomendasi yang patut dicicipi. Novel ini ditulis oleh Ifa Avianty
yang berhasil diterbitkan oleh Naura Books pada tahun
2012. Cover buku ini didominasi warna ungu dengan hiasan bunga
dan kupu-kupu, yang mencerminkan keindahan seperti love yang
dominan pada cerita.
Buku ini merupakan buku Ifa
Avianty pertama yang kubaca dan langsung jatuh cinta dengan karyanya.
Novel-novel karya Ifa Avianty cenderung mengalir, dengan gaya percakapan modern namun
tetap membuat perasaan berhasil dicampur aduk. Setelah membaca beberapa karya
Mbak Ifa seperti Simply Love, Love and Lasting Love, Home dan Friend
love ship, aku berhasil memuat satu kesimpulan, bahwa keempat novel
tersebut memiliki kesamaan yaitu tokoh perempuan dalam cerita berusaha mencari
kebahagiaan dan mimpi mereka di tengah maraknya dominasi laki-laki,
baik itu suami, keluarga dan masyarakat sekitar. Dari novel-novel tersebut,
aku-sebagai readers sekaligus perempuan- tersentil bahwa
kodrat perempuan memang berada di rumah, namun hal itu tak memupus impian yang
sudah lama diinginkan oleh seorang perempuan.
Selain itu, buku ini juga
sarat akan pelajaran kehidupan yang pastinya bisa menjadi bahan intropeksi
diri. Penulis juga berhasil mengaduk perasaan readers, baik
saat tokoh sedih, tertawa, gembira, haru dan kecewa. Walaupun cerita berfokus
pada kehidupan Wim dan Keke, namun porsi pemeran pembantu terasa pas dan
memiliki karakter yang unik, terutama Manda cs. Dalam novel ini
juga, penulis seakan memberi gambaran tentang islam melalui ibadah dan cara
berpikir para tokohnya-shalat fardu berjamaah, shalat duha, mengaji dan
pandangan tokoh tentang mencintai atas nama Tuhan. Meskipun hanya sekadar lalu,
namun penggambaran aktivitas islami ini dapat menjadi intropeksi diri dan
tidak menggurui readers.
Meskipun aku sangat
menyukai buku ini-hingga berkali-kali membacanya dan belum merasa bosan, namun
ada beberapa hal yang menurutku kurang, salah satunya ada beberapa lagu yang
terasa berlebihan. Penulis menuliskan seluruh bait lagu hingga satu halaman,
padahal kurasa lagu itu bisa dipotong hingga beberapa larik saja sesuai alur
cerita/perasaan tokohnya. Selain itu, walaupun bergaris miring, ada beberapa
bahasa yang asing namun tidak ditulis terjemahan, seperti bahasa Sunda dan
Jawa. Percakapan dalam novel ini juga minim keterangan sehingga beberapa kali
aku sempat mengerutkan kening memikirkan siapa tokoh yang mengucapkan dialog
tersebut. Namun, hal-hal tersebut tidak terlalu mengganggu readers dalam
memahami cerita.
Meskipun berkisah tentang
kehidupan rumah tangga, novel ini cocok dibaca oleh remaja ataupun dewasa.
Bagi readers remaja, cerita yang memiliki banyak nilai
kehidupan ini bisa menjadi gambaran rumah tangga untuk menikah kelak. Sedangkan
bagi mereka yang sudah menikah, kisah ini bisa menjadi pelajaran untuk
intropeksi diri karena sering ditemukan di kehidupan sehari-hari yang
didominasi oleh pemikiran patriarki. Setiap tokoh terasa
memiliki porsi yang pas, meskipun fokus yang utama tetap ke arah pasangan tersebut.
Simply Love mengisahkan perjalanan
cinta Keke (Hati-hati, bagian ini mengandung spoiler), seorang gadis lincah
yang popular dari Arsitektur dan Wim, laki-laki serius, kutu buku dan calon
ilmuan dari Politik di Universitas yang sama. Pertemuan mereka yang tidak
disengaja itu berujung pada pernikahan yang indah. Meskipun
diawali dengan kisah cinta mereka dari masa perkuliahan, cerita difokuskan pada
dunia pernikahan keduanya. Berbagai konflik mewarnai rumah tangga mereka,
terutama pola pikir. Setelah menikah, Wim menjadi tertutup dan sangat posesif.
Ia juga otoriter dan merasa di atas segalanya dalam pernikahan mereka-tipe
lelaki kuno yang berpikir bahwa laki-laki adalah Tuhan
kecil di sebuah keluarga kecil, tanpa memedulikan anggota lainnya
termasuk istri. Sementara itu, Keke tak ubahnya upik abu yang
merangkap menjadi nanny pada siang hari. Padahal, ia sangat
ingin meraih kebebasannya kembali dengan bekerja.
Setelah enam tahun, Keke
hanya mengalah, akhirnya kekeraskepalaan yang telah lama terpendam itu meledak
juga. Keke bersikeras untuk menyadarkan Wim bahwa ia juga butuh ruang untuk
dipahami-tidak hanya lelaki itu yang selalu ia pahami. Namun pola pikir Wim
yang terkesan kuno, ditambah kekeraskepalaannya membuat
permasalahan itu semakin besar. Untunglah, bunda April selalu
memahami anak-anaknya dan memberikan pencerahan sehingga mereka mencoba saling
memahami satu sama lain.
Alur yang digunakan dalam
cerita adalah alur campuran. Cerita diawali pertemuan dua perempuan dewasa yang
ternyata sahabat karib. Seperti perempuan pada umumnya yang
telah lama tidak berjumpa sahabat lama, keduanya langsung mengobrol
akrab-terutama tentang kehidupan masing-masing sejak tak pernah lagi bersua.
Lalu alur cerita kembali pada masa lalu, di mana cerita awal pertemuan Keke
dengan suaminya hingga kehidupan pernikahan mereka. Klimaksnya adalah saat
permasalahan Keke dan Wim tak kunjung reda, namun di saat yang sama, Keke
kembali hamil. Keke dan kekeraskepalaannya dan Wim dengan keegoisannya semakin
membuat rumah tangganya goyah. Untunglah, bunda April berhasil
menjadi mediator keduanya dan membicarakan permasalahan itu dari hati ke hati.
Sebagai istri dan ibu dari laki-laki berpemikiran diktator, bunda
berhasil memahami perasaan suami, anak dan menantunya dari sudut pandang
mereka. kebijaksanaan dan kesabaran beliau patut diacungi jempol. Berkat
bantuan beliau dan besar cintanya kepada Keke, gunung es itu mencair dan
permasalahan perlahan terselesaikan dengan baik.
Seperti novel-novel
lainnya, banyak nilai kehidupan yang bisa diambil dari cerita ini, salah
satunya adalah tentang makna kehidupan pernikahan. Dalam tulisannya, Ifa
Avintaty (2012:182) mengingatkan readers untuk memberi batas
mencintai kepada pasangan agar tidak menjadikan pasangan Tuhan
kecil yang menguasai hidup seseorang. Selain tidak disukai Tuhan,
mereka akan sulit melangkah lebih maju jika terbelenggu perasaan yang kuat.
Pihak yang dominan selalu ingin menguasai, sementara-tertutup rasa cinta-pihak
yang satunya cenderung menekan dirinya agar tetap mendapat cinta pasangannya,
atau malah untuk sekadar tetap bisa mencintainya sebesar dia mau-cinta yang
obsesif.
Keke merupakan seorang
perempuan yang aktif, ceria, cerewet dan penyayang. Dari sosoknya, readers bisa
mempelajari banyak hal. Dari caranya mendidik anak-anaknya, kesabarannya
menjalankan kewajiban sebagai istri dan ibu, keceriaannya yang melakukan
tanggungjawab dengan iklas, keterbukaannya terhadap suami, dan pola pikirnya
yang mewakili perempuan-perempuan modern seperti Kartini.
".... Terlalu banyak
masalah dalam hidup ini. Dan harusnya, kita tak menambah masalah dengan
menjadikan hal-hal kecil sebesar gajah." (2012 : 82)
“Ruang buat diriku bukan
berarti aku ingin kerja di luar kayak Manda dan yang lainnya. Meski kadang aku
juga iri dengan dunia mereka yang dinamis. Ketemu kasus dengan murid ini, besok
ada kasus lain lagi [...] ilmu yang mereka dapat di bangku kuliah jadi
terpakai, Wim. Tidak sia-sia dimakan usia. Lagi pula, kalau stres mah, bukan
hanya di kantor atau di sekolah, di rumah kadang juga bisa lebih stres.” (2012
: 86)
'Mengapa mereka begitu
betah membicarakann hal-hal yang tak ada untung dan ruginya bagi kehidupan
mereka, tak ada hubungannya bahkan? Mengapa mereka tak memilih berdiskusi
tentang hal-hal yang lebih mencerahkan, misalnya bagaimana menghindari
pornografi masuk ke ruang tv kita? Atau bagaimanakah menyiasati anak yang susah
makan sayur? Kenapa bergosip?' (2012 : 121)
“[...] Kamu, kan, apa-apanya dibawa serius, apa-apa dilihat urgensinya. Ya betul, sih, tapi ada kalanya hidup harus dijalani dengan santai. Mungkin, ya, yang begini ini nggak banget kata kamu. Tapi, buat aku, sih, ini banyak gunanya. Hubungan kita jadi lebih manis, kita jadi punya banyak waktu menikmati kebersamaan dengan Yayang kita. Iya, kan?” (2012:192)
“Aku sadar... bahwa selama ini, aku seperti kurang peduli pada keinginan-keinginanmu. Aku lupa bahwa kamu juga punya keinginan sekeras baja. Maka, aku merasa begitu bersalah menemukanmu nyaris depresi karena keinginanmu kutentang, sementara ternyata itu hanya karena aku takut kehilanganmu. Padahal seharusnya... aku percaya kamu seutuhnya, seperti kamu memercayai aku.” (2012 : 194)
Selain itu, dari
Dayat-kolega Wim yang menikah dengan seorang dokter, readers bisa
belajar bahwa terdapat konsekuensi dari setiap pilihan yang diambil, termasuk
menikah. Seperti saat lelaki itu ditinggal sang istri ke luar negeri untuk
konferensi, ia dengan senang hati mengizinkan dan membalas ejekan temannya
dengan ‘haha. Nggak apa-apa deh. Yang penting dia happy.’ Karena
sejatinya, menikah itu bukan penjajahan bukan? Pola pikir inilah
yang harus dipahami oleh setiap orang yang akan menikah. Memang, ada risiko
akan kesepian. Oleh karena itu, manfaatkan teknologi untuk saling berhubungan
meski tidak bisa saling bertemu langsung.
Dayat tersenyum. “Nggak,
kok. Kan, dari
belum nikah juga gue udah tahu konsekuensinya kawin sama anak FK. Mereka sibuk
berat, lho. Apalagi kalau udah jadi spesialis dan senior kayak Nayla, istri
gue. Gue malah bangga, istri gue bisa berkarier, karena apa yang dia
butuhkan-salah satunya, ya, aktualisasi diri itu-terpenuhi. Anak-anak juga so
far baik-baik aja.”
“Gimana bisa?” celetukku
penasaran.
“Ya, bisa dong. Kan, tinggal
bagi tugas aja. Lagipula, ada pembantu dan baby sitter yang bisa kita arahkan.
Ada emak gue, emak mertua gue, semuanya siap mendukung kita. Apa lagi? Zaman
gini hari, man. Gue juga, kok, yang bangga. Itu lho.. Dokter Nayla Santoso ahli
bedah, istri Doktor Hidayat Santoso.”(2012:126)
Dari Bunda April, ibu Wim
yang begitu bijaksana, readers bisa memahami makna mencintai
sebenarnya, bagaimana cara mencintai pasangan tanpa membuat Tuhan benci dan
tidak merestui, bagaimana cara mengatasi suatu permasalahan dengan kepala
dingin, dan bagaimana cara memahami pasangan tanpa membuat masalah baru.
Berbagai permasalahan rumah tangga mampu terselesaikan dengan bantuan Bunda dan
patut untuk dijadikan pelajaran dalam membangun rumah tangga.
“Cintai pasangan kita
dengan kadar yang cukup, maka dia tak akan membuatmu mabuk, dan tak akan juga
membuatmu kering. Cinta yang seperti itu akan membuat pasanganmu lebih
beruntung memilikimu. Cinta yang akan menopang semua mimpi kalian dan
menguatkan kala kalian lemah. Tuhan akan memberkati cinta yang wajar seperti
itu, sebab Dia pun tak lagi merasa cemburu pada kalian, dan malah akan dengan
senang menuntun kalian....” (2012:183)
“Bunda tahu, sejak awal
pernikahan kamu menginginkan seorang istri yang membaktikan hidupnya bagi kamu
dan anak-anak kalian. Betul. Begitu pun yang ayahmu inginkan dulu. Tapi zaman
berubah, Nang. Seorang perempuan yang cerdas dan berpikiran maju, tentu tidak
hanya ingin hidupnya berguna bagi suami dan anak-anaknya. Dia perlu..
memperluas ladang pengabdiannya. Dan itulah yang Bunda lakukan dengan seizin
ayahmu ketika Lynn sudah cukup bisa Bunda tinggal [...] Bunda yakin, Keke istri
dan ibu yang baik. Maka, tugasmu sebenarnya hanyalah memberinya dukungan, bahwa
dia bisa dan kamu percaya bahwa dia tetaplah istri dan ibu yang baik.”
(2012:156)
“Dia juga manusia biasa,
Nang, yang punya keinginan dan harapan. Meski kamu tidak bisa mewujudkan
semuanya, tapi paling tidak, kamu bisa memahaminya dan memberi sedikit ruang
dan waktu untuknya. Cinta itu bukan memaksa kehendak, apalagi tanpa kompromi.
Kamu kayak nguber-nguber dia buat mengabdi padamu, sementara cinta itu
hakikatnya memberi dan menerima. Nah sudahkah kamu memberi sedikit apa yang dia
inginkan?” (2012:163-164)
“Insya Allah, dia istri yang baik. Dia akan tetap berusaha menjalankan fungsi dan perannya dengan baik. Toh, selama ini dia sudah melakukannya dengan sangat baik, kan? Dia bahkan setia berada di sampingmu, dari kamu belum jadi apa-apa hingga sekarang. Tolong pikirkan hal ini, Nang, kalau kamu masih sayang padanya. Soalnya Bunda lihat, dia seperti.... tertekan akhir-akhir ini [...] Sabar, ya, Nang, seperti halnya kesabarannya dalam menghadapi sifatmu yang sulit dipahami itu. Bunda saja bahkan nyaris menyerah menghadapimu, begitu juga adik-adikmu. Tapi, dia tidak. Itu yang membuat Bunda dan adik-adik makin salut padanya.” (2012:164)
Dari Keke, readers belajar
bahwa sebagai perempuan-tak hanya perempuan, laki-laki pun terkadang perlu
untuk saling memberi warna dalam suatu hubungan, baik pertemanan ataupun
percintaan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara saling mendukung, saling memuji,
saling menyanjung dan saling memahami tanpa menggurui ataupun menghakimi.
Terkadang, orang ingin dipahami, namun ia tidak mau memahami orang lain.
Hal ini tentu tidak akan membuat hubungan bertahan lama dan komitmen terjaga,
bukan?
“Bun, salahkah kalau aku
juga ingin dia dukung, ingin dia puji, ingin dia sanjung.. meski hanya
sesekali?”
Bunda mengusap-usap
rambutku penuh sayang.
“Sama sekali nggak salah,
Sayang. Kita perempuan, selalu butuh hal-hal manis dalam kehidupan cinta kita.”
(2012:176)
Nah itulah beberapa poin yang bisa kusampaikan mengenai novel berjudul simply love karya Ifa Avianty ini. Novel ini sangat kurekomendasikan bagi readers yang menginginkan cerita sederhana, namun penuh makna tentang gender, terutama dalam lingkup pernikahan-peran seorang istri dan suami. Banyak hal yang bisa dipelajari dari cerita setebal 207 halaman ini yang pastinya bisa menjadi sarana intropeksi diri untuk diri sendiri ataupun pasangan. Cerita yang sederhana, diksi yang mudah dipahami dan kepiawaian penulis mengaduk perasaan readers menjadikan novel ini sangat layak dinikmati, baik untuk remaja ataupun dewasa. Intinya, aku sangat puas dengan karya Mbak Ifa Avianty untuk ke sekian kalinya. GOOD JOB MBAK Ifa!! Sekian dulu tulisanku kali ini! Teruslah membaca dan perluas imajinasimu, readers! Happy reading!
“Cintai pasangan kita dengan kadar yang cukup, maka dia tak akan membuatmu mabuk, dan tak akan juga membuatmu kering. Cinta yang seperti itu anak membuat pasanganmu lebih beruntung memilikimu. Cinta yang akan menopang semua mimpi kalian dan menguatkan kala kalian lemah. Tuhan akan memberkati cinta yang wajar seperti itu, sebab Dia pun tak lagi merasa cemburu pada kalian, dan malah akan dengan senang menuntun kalian....” (2012:183)
Komentar
Posting Komentar