Review Novel: Pengorbanan Cinta The Little Mermaid dalam Kisah Mermaid Melody Karya Ayuwidya
Review Novel: Pengorbanan Cinta The Little Mermaid dalam Kisah Mermaid Melody Karya Ayuwidya
Judul Buku : Mermaid Melody
Penulis : Ayuwidya
Penerbit : Romance Qanita
Tahun Terbit : 2014
Kota Terbit : Bandung
Tebal Buku : 292 halaman
'Hidupmu memang tak seindah negeri dongeng, tak sebahagia happily ever after Cinderella dan pangeran, tetapi ingatlah Tuhan akan memberimu kejutan-Nya untuk sebuah senyum di wajahmu.'
Setelah menamatkan buku Mermaid Melody ini, kata-kata itulah yang terpikir olehku. Berkisah tentang misi rahasia idol Korea Selatan bernama Cha Jung Woo yang akhirnya mengantarkannya pada perempuan pengangguran bernama Alea. Takdir seakan sengaja mempertemukan keduanya kembali setelah sekian lama. Tanpa diduga, kisah-kisah masa lalu perlahan terkuak, keduanya pun jatuh cinta dan mencoba mengurai masa lalu yang kelam.
Readers pasti pernah mendengar cerita dongeng mermaid bukan. Kisah seorang putri dongeng yang menyelamatkan pangeran yang tenggelam, namun nahas, pangeran tidak mengetahuinya. Demi mengejar cintanya, putri duyung akhirnya menukar suaranya agar ekornya berubah menjadi kaki. Namun takdir tak ada yang tahu. Pangeran sudah bersama perempuan lain–yang dia kira penyelamatnya. Perjuangan putri duyung sia-sia dan cintanya tak terbalas.
Awalnya aku tak mengira bahwa
dongeng sederhana—yang sering kudengar saat kecil itu–bisa menjadi inspirasi
menarik sebuah cerita. Berlokasi di ibukota dan Sumatera—danau Toba, buku ini
menceritakan perjalanan seorang idol Korea Selatan, Jung Woo dan Alea si
pengangguran. Keduanya bertemu secara kebetulan dan –uniknya– terhubung di masa
lalu. Ada banyak plottwist yang tentunya akan menimbulkan decak kagum.
Pemilihan diksi pun terasa sempurna dengan alur maju mundur. Tak hanya itu,
penggambaran lokasi terasa sangat nyata. Sebagai pembaca awam, akupun
bertanya-tanya, apakah Lake house dan
E-entertainment itu benar-benar ada
atau hanya khayalan belaka?
Nilai menarik lainnya adalah
proses penataan alur yang sempurna. Meskipun menggunakan alur maju mundur,
penulis mampu menuliskannya dengan menarik agar pembaca tertarik untuk membaca
sekali duduk. Pemilihan alur maju mundur ini dirasa sangat pas, meskipun ending terkesan terburu-buru. Beberapa
review dari internet mengatakan alurnya seperti sinetron—mudah ditebak, namun
menurutku pribadi, ada beberapa hal yang belum terpikirkan sebelumnya terkuak
di sana.
Pemilihan sudut pandang orang
pertama serba tahu sangat cocok untuk kisah ini. Namun, aku merasa penulis
terlalu sering mengganti POV. Alhasil,
ada poin-poin yang sebenarnya tidak
perlu. Bahkan, dalam satu halaman, ada yang lebih dari tiga sudut pandang
berbeda. Aku pun bertanya-tanya, untuk apa sebenarnya pergantian POV ini dilakukan sebanyak ini? Mungkin
ini bisa menjadi kekhasan penulis, namun sejujurnya aku cukup terganggu dengan
ini. Selain terkadang membuat bingung, emosi tokoh pun tak dapat tersalurkan
dengan baik sehingga aku merasa nanggung.
Saat emosi tokoh Alea sudah dapat, tiba-tiba sudut pandang berubah sehingga
rasanya campur aduk. Sebagai saran pribadi, kalaupun ingin menggunakan sudut pandang
serba tahu, cukup empat tokoh utama saja—Alea, Jung Wo, Kyung Ro, dan Sheryl.
Selain permasalahan sudut pandang,
momen antara Alea dan Sheryl pun tak banyak dimunculkan. Padahal aku merasa,
momen itulah awal mula konflik yang terjadi. Bagaimana perasaan ayahnya setelah
pergi? Bagaimana keluarga mereka? Perasaan Sheryl? Aku sempat bertanya-tanya,
apakah ayahnya memang brengsek ataukah
situasi yang membuatnya seperti itu? Namun, tak ada penjelasan lebih mengenai
hal tersebut. Ending cerita pun
terasa terburu-buru. Namun, secara keseluruhan, kisah ini sangat menarik dan worth it untuk dicicip.
Belum lengkap rasanya kalau belum
membahas tentang quotes-quotes menarik
yang terselip dalam sebuah buku. Tanpa membuang-buang waktu, berikut ini
beberapa quotes menarik yang kutemukan dalam buku. Meskipun hanya fiksi, pengalaman
hidup ini dapat dijadikan motivasi dan pembelajaran untuk pembaca. Tak hanya
berbicara tentang mimpi, namun juga kepahitan hidup.
Mimpi dan kenyataan memang dua hal yang berbeda, tapi mimpi membuatmu jadi nyata. Kalau kamu tidak pernah bermimpi, maka kamu tidak akan pernah hidup. Kamu bangun karena pernah tidur ( Ayuwidya. 2014: 19)
Takdir memang punya kuasanya sendiri. Manusia merasa merencanakan pertemuan dan perpisahan, padahal sebelum itu, takdir telah digariskan ( Ayuwidya. 2014: 32)
Tidak ada keberuntungan yang datang tanpa keringat ( Ayuwidya. 2014: 51)
Meskipun kamu merasa tidak berguna, tidak ada yang bisa diandalkan sebaik dirimu sendiri ( Ayuwidya. 2014: 117)
Well, itu beberapa komentarku terhadap
buku Ayuwidya tahun 2014 ini. Di luar beberapa kritik yang kuberikan, aku
sangat menikmati dongeng remake mermaid ini. Jangan lupa untuk membaca
tulisan-tulisanku yang lainnya. Kritik dan saran juga akan sangat membantuku
mengintropeksi diri. Sekian dulu tulisanku kali ini! Teruslah membaca dan
perluas imajinasimu! Happy reading.
Komentar
Posting Komentar