Dunia Literasi: Bahasa Banjar Bahasaku, Unik dan Menarik!
Dunia Literasi: Bahasa Banjar Bahasaku, Unik dan Menarik!
"Budaya adalah nama untuk apa yang orang tertarik, pikiran mereka, model mereka, buku yang mereka baca, dan pidato yang mereka dengar." - Walter Lipman
Mungkin #SobatLiterasi sudah tak asing dengan suku Banjar yang mendominasi
di Kalimantan Selatan. Baru-baru ini, memang terdapat makanan viral yang berasal dari lokasi ini, yaitu mie soto Banjar yang sudah didistribusikan di luar Kalimantan. Ternyata, selain dari kuliner, Banjar memiliki banyak budaya yang unik, misalnya bahasanya. Selain tergolong dalam bahasa daerah yang masih sering
digunakan, ada beberapa keunikan lainnya mengenai bahasa satu ini. Yuk, kita
belajar bareng!
Bahasa yang memiliki dua dialek besar
Bahasa Banjar memiliki dua
dialek besar, yaitu dialek Hulu dan Kuala. Keduanya memiliki perbedaan yang
sangat kentara, yaitu jumlah huruf vokal, lokasi pemakaian, dan kosakata.
Dialek Hulu ini masih sering ditemukan di pedalaman Kalimantan Selatan,
misalnya kabupaten Tabalong, Balangan, Tapin, dll. Sedangkan dialek Kuala
berada di lingkungan kota besar, misalnya Kota Banjarmasin dan Kabupaten
Banjar. Selain itu, huruf vokal dalam dialek hulu hanya ada tiga, yaitu
/a/,/i/,/u/, sedangkan dialek kuala memiliki lima huruf vokal seperti bahasa
Indonesia.
Memiliki hubungan antara Jawa, Sunda, dan Madura.
Kawi dalam bukunya berjudul “Telaah Bahasa Banjar” mengemukakan bahwa bahasa Banjar masih memiliki hubungan genetik dengan bahasa Jawa, Sunda dan Madura. Kenyataan ini memberi dampak mengenai besarnya kemungkinan persamaan atau korespondensi kosakata antara Banjar dengan Jawa, Sunda dan Madura yang diturunkan melalui garis keturunan Melayu (2011:112). Tak hanya itu, saat aku melakukan penelitian untuk tugas Linguistik Bandingan, aku menemukan beberapa kemiripan bahasa Banjar dengan beberapa bahasa lain, misalnya /ompat/ (bahasa dayak), /ampat/ (bahasa Banjar), /papat/ (bahasa Jawa), /ɛmpat/ (bahasa Melayu, /opat/ (bahasa Sunda). Namun, selain paparan Kawi tersebut, aku belum menemukan penelitian yang membahas mengenai hubungan kelima bahasa tersebut. Bagi #SobatLiterasi yang tahu, bisa komen di bawah ya!
Bahasa yang dijuluki Lingua Franca
Hal yang menarik
lainnya dari bahasa Banjar adalah bahasa ini termasuk dalam lingua franca atau
bahasa pengantar pada suatu tempat yang memiliki bahasa yang berbeda. Awalnya,
bahasa Banjar digunakan suku Banjar sebagai bahasa pengantar antara suku di
Kalimantan. Seiring berjalannya waktu, penyebarannya sudah meluas hingga ke
Sumatera dan Malaysia. Meskipun begitu, penelitian menggunakan objek kajian
bahasa Banjar masih jarang, apalagi di lokasi asal penuturnya, Kalimantan
Selatan. Padahal, selain termasuk dalam lingua franca, bahasa Banjar
merupakan bahasa ibu yang mendominasi masyarakat Indonesia, terutama di
Kalimantan dan menyebar hingga Sumatera, Riau dan Malaysia.
Kental akan unggah-ungguh kesopanan
Seperti unggah-ungguh dalam
bahasa Jawa, bahasa Banjar juga memiliki aturan atau tata cara berbicara
terhadap orang lain untuk menghormati dan menghargai lawan bicara, salah
satunya dalam pemilihan bentuk sapaan yang digunakan, misalnya dalam menyebut
saudara laki-laki ayah/ibu, terdapat beberapa istilah yang bisa digunakan yaitu
julak, gulu, tangah, busu dan amang. Selain itu, unggah-ungguh
ini dapat dilihat melalui penggunaan kata ganti, misalnya
kata ganti orang pertama, kedua dan ketiga. Nah, tertarik mempelajarinya #SobatLiterasi?
Semoga, next rencana tulisan unggah-ungguh ini bisa aku publish
ya! Supaya kita bisa belajar bersama lagi tentang ini..
Memiliki bahasa-bahasa khas yang sebenarnya tidak ada artinya
Yap. Bahasa Banjar memiliki
kata-kata yang jika diartikan tidak memiliki arti. Apa saja sih? Nah, umumnya
masyarakat Banjar menggunakan umai, pang, ai, leh, dll. Kata umai sendiri menunjukkan keterkejutan, misalnya ‘Umai, napa bisa kaini?’ (Wah,
kenapa bisa jadi begini?). Sedangkan pang dapat menunjukkan beberapa
emosi, misalnya kritikan ‘ampih pang dah, sadang bulikan’ (selesaikan
dong, waktunya pulang). Tentunya, ungkapan-ungkapan ini digunakan untuk konteks
yang berbeda-beda. So, menarik bukan?
Logat yang kental (cenderung bernada)
Logat merupakan variasi
dari suatu bahasa tertentu dan dituturkan oleh sekumpulan masyarakat. Dialek
kuala dituturkan dengan logat datar tanpa intonasi tertentu, sedangkan dialek
hulu dituturkan dengan logat yang kental (ba-ilun). Dialek hulu inilah yang
memiliki ciri khas tertentu dalam pengucapannya atau biasa disebut ba-ilun.
Nah, itulah beberapa keunikan yang dimiliki bahasa Banjar. Setiap bahasa daerah tentunya memiliki keunikan dan kekhasan masing-masing ya! Jadi, apa keunikan bahasa daerahmu? Bisa sharing di kolom komentar ya! Jangan lupa untuk membaca tulisan-tulisanku yang lainnya. Kritik dan saran juga akan sangat membantuku mengintropeksi diri. Sekian dulu tulisanku kali ini! Teruslah membaca dan perluas imajinasimu! Happy reading...
Referensi
Kawi, Djantera. 2011. Telaah Bahasa Banjar. Banjarbaru: Scripta Cendekia.
Komentar
Posting Komentar