‘Zamrud Khatulistiwa: Cerita Pendek Berbahasa Daerah dan Tunas Bahasa Ibu’ sebagai Upaya Pelestarian Bahasa Daerah
‘Zamrud
Khatulistiwa: Cerita Pendek Berbahasa Daerah dan Tunas Bahasa Ibu’ sebagai
Upaya Pelestarian Bahasa Daerah
Berkutat di dunia pendidikan menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi saya dalam bidang literasi. Selain mengikuti komunitas di bidang literasi, saya juga mengikuti beberapa webinar, misalnya ‘Zamrud Khatulistiwa: Cerita Pendek Berbahasa Daerah dan Tunas Bahasa Ibu’. Banyaknya bahasa daerah menjadi kekayaan budaya yang membanggakan bagi Indonesia. Namun, seiring perkembangan bahasa asing di nusantara, bahasa daerah justru kian terasingkan.
Webinar ini membahas tentang bahasa
ibu yang berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Acara ini juga
membahas langkah-langkah pemerintah dalam upaya revitalisasi bahasa daerah,
terutama melalui karya sastra. Menariknya, kegiatan ini kelanjutan dari lomba
menulis cerita berbahasa daerah, yaitu antologi berjudul Zamrud
Khatulistiwa: Antologi Cerita Pendek Berbahasa Derah Tunas dan Bahasa Ibu. Antologi
ini berisi kisah-kisah menarik karya anak bangsa (SD-SMP) dan diluncurkan oleh
Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi pada 13 Februari 2023
lalu. Antologi ini menjadi wadah anak bangsa untuk terus berkarya melalui
tulisan. Dalam satu buku, terdapat 28 cerita pendek berbahasa daerah di
dalamnya. Hal inilah yang menjadikan buku ini menarik untuk dibaca.
Penulisan antologi dan webinar ini
merupakan salah satu rangkaian dari Festival Tunas Bahasa Ibu.
Uniknya, antologi ini ditulis anak bangsa melalui kemah cerpen di berbagai
wilayah nusantara. Mereka dibimbing langsung oleh penulis-penulis yang memang
pakar di bidangnya. Di sana, mereka ditempa melalui pelatihan dan pengalaman
rekresional sehingga mereka menikmati proses tersebut. Mereka dibebaskan untuk
menulis apapun berdasarkan pengalaman dan imajinasi. Menurut kurator-kurator,
hasil tulisan mereka sangat natural dan nyaman untuk dibaca. Kebanyakan dari
mereka menulis tentang persahabatan, hubungan dengan keluarga, dan kegiatan
mereka di sekolah.
Kegiatan ini kembali mengingatkan saya
mengenai urgensi bahasa daerah. Saya juga menyadari bahwa pelestarian bahasa
daerah bukan hanya tanggung jawab pemerintah belaka, namun juga seluruh pihak
yang terlibat, termasuk kita sebagai penutur bahasa daerah. Kemendikbud
berharap bisa memunculkan ketertarikan khalayak luas terhadap bahasa daerah.
Dengan adanya kegiatan ini, mereka juga berharap bisa memunculkan generasi baru
penutur daerah sebagai regenerasi bahasa ibu. Bagi seorang yang berkutat di
kebahasaan seperti saya, ini juga memunculkan ide baru untuk membuat kamus
bahasa daerah berdasarkan antologi tersebut. Dengan adanya kegiatan menarik
seperti ini, saya berharap ‘Slogan Utamakan Bahasa Indonesia,
Lestarikan Bahasa Daerah, dan Kuasai Bahasa Asing’ bisa direalisasikan
dengan baik.
Terima kasih. Salam literasi!
Untuk mengintip kegiatan webinar
tersebut, silakan mengikuti tautan YouTube berikut ini. https://www.youtube.com/watch?v=p_KkD9Kn5xU.
Bagi teman-teman yang ingin membaca
antologi tersebut, silakan akses melalui tautan berikut ini https://repositori.kemdikbud.go.id/29046/
Komentar
Posting Komentar